Lanjutan ……….

Telah kita ketahui bersama dari pernyataan al-Imam asy-Syafi’i tentang keadaan, perilaku, dan sikap kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) terhadap kitab yang diturunkan kepada mereka. Yaitu satu keadaan yang telah terjadi ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus. Dan juga masih berlanjut hingga sekarang. Hal ini menuntut kita untuk bersyukur dan memuji Allah ta’ala yang telah menjamin bahwa al-Qur’an akan selalu terjaga.

Sebelum menginjak kepada golongan manusia kedua yang ada ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus, kita bawakan disini sebuah ayat yang dibawakan oleh al-Imam Asy-Syafi’i sebelum menyebutkan golongan kedua ini agar menjadi bahan renungan bagi kita bersama. Semoga menjadi tambahan pencerahan bagi kita semua, amin.

Allah ta’ala berfirman:

} أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا (51) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا (52){(النساء: ٥١ – ٥٢)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi sebagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.  Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (QS. an-Nisa’: 51-51)

Demikianlah diantara sifat-sifat ahli kitab ketika itu. Secara global adalah sebagai berikut:

1.      mempercayai jibt dan thaghut (untuk makna kedua kata ini perlu penjelasan lebih jauh agar tidak dipahami salah oleh sebagian orang, atau agar tidak salah dalam memahaminya karena akan berakibat fatal ketika salah memahami. Pada kesempatan kali ini hanya kita sampaikan secara ringkas, maknanya adalah setan baik dari kalangan jin maupun manusia)

2.      menilai orang kafir dan orang musyrik lebih benar daripada orang mukmin

3.      akibat perbuatan mereka: mendapat kutukan dari Allah ta’ala.

Sekarang kita akan melihat keadaan bangsa-bangsa yang tidak memiliki kitab.

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:

وَصِنْفٌ كَفَرُوا بِالله فَابْتَدَعُوا مَا لَمْ يَأذَنْ بِهِ الله وَنَصَبُوا بِأيدِيهِمْ حِجَارَةً وَخُشُبًا وَصُوَرًا اسْتَحْسَنُوهَا وَنَبَزُوا أسْمَاءً افْتَعَالُوهَا وَدَعَوهَا آلِهَةً عَبَدُوهَا ، فَإذَا اسْتَحْسَنُوا غَيرَ مَا عَبَدُوا مِنْهَا ألْقَوهُ وَنَصَبُوا بِأيدِيهِمْ غَيرَهُ فَعَبَدُوهُ: فَأولَئِكَ الْعَرَبُ

Dan satu jenis manusia yang mereka kafir kepada Allah. Sehingga mereka membuat-membuat aturan/tata cara ibadah/sesembahan yang tidak diijinkan Allah. Dan mereka memancangkan dengan tangan mereka sendiri batu, kayu, dan gambar-gambar/patung yang mereka anggap baik. Mereka juga membuat nama-nama yang mereka buat sendiri, lalu mereka menyatakan/mendakwahkannya sebagai sesembahan yang mereka ibadahi. Apabila mereka memandang batu, kayu, gambar lain lebih baik daripada yang mereka sembah, maka mereka akan membuang sesembahan yang mereka sembah itu dan menempatkan yang lainnya itu, lalu menyembahnya. Itulah mereka orang-orang Arab (ketika Nabi Muhammad r diutus-pen). (Ar-Risalah: 15)

Demikian kondisi jenis manusia kedua yang ada pada saat Nabi r diutus. Mereka berbeda-beda sesembahannya. Mereka membuat sendiri sesembahan mereka. Mereka membuat-buat aturan dan tata cara sendiri dalam beribadah.

Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa selain ahli kitab dan selain bangsa Arab?

Al-Imam Asy-Syafi’i v berkata:

وَسَلَكَتْ طَائِفَةٌ مِنَ الْعَجَمِ سَبِيلَهُمْ فِي هذاَ وَ في عِبَادَةِ مَا اسْتَحْسَنُوا مِنْ حُوتٍ وَدَابَّةٍ وَنَجْمٍ وَنَارٍ وَغَيرِهِ

Dan sekelompok kalangan dari bangsa ajam menempuh jalan mereka dalam hal ini (membuat-buat sendiri ajaran/tata ibadah-pen) dan dalam mengibadahi apa yang mereka pandang bagus, ada yang berupa ikan, binatang, bintang, api, dan selainnya. (Ar-Risalah:16)

Demikianlah umat-umat selain bangsa Arab dan selain ahli kitab. Diantara mereka ada yang menyembah binatang, ada yang menyembah bintang, ada yang menyembah api (bangsa Majusi), ada yang menyembah matahari, dan sebagainya.

Kedua jenis manusia di atas (ahli kitab dan bangsa Arab serta bangsa lain yang mengikuti langkah bangsa Arab) memiliki kesamaan. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Imam asy-Syafi’i:

فَكَانُوا قَبْلَ إنْقَاذِهِ إيَّاهُمْ بِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم أهْلَ كُفْرٍ فِي تَفَرُّهِِمْ وَاجْتِمَاعِهِمْ، يَجْمَعُهُمْ أعْظَمُ الأمُورِ: الْكُفْرُ باللهِ وابْتِدَاعُ مَا لَمْ يَأذَنْ بِهِ الله تَعَالَى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّ كَبِيرًا، لاَ إلهَ غَيرُهُ وَسُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ رَبُّ كُلِّ شَيءٍ وَ وَخَالِقُهُ

Sehingga mereka dahulu sebelum Ia menyelamatkan mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang kafir dalam perpecahan dan dalam persatuan mereka. Mereka disatukan oleh satu perkara terbesar, yaitu: kafir kepada Allah dan mengada-adakan ajaran/tuntutan/tata cara ibadah  yang tidak diijinkan oleh Allah, Maha Tinggi Allah dan amat tingginya dari apa yang mereka ucapkan. Tidak ada sesembahan (yang benar selain Dia. Dan Maha Suci Dia dan Maha Terpuji, Rabb segala sesuatu dan Penciptanya. (Ar-Risalah: 22)

Semoga sebagian pemaparan ini memberikan pelajaran dan kehati-hatian bagi kita semua dalam menempuh ash-shirath al-mustaqim. Tentunya kita semua berharap kaum muslimin bersatu di atas kebenaran, sehingga menjadi bangsa yang disegani di hadapan semua bangsa kafir. Dan semoga mendapatkan taufik agar menghilangkan sebab-sebab perpecahan yang tengah menimpa kaum muslimin di masa ini. Amin.

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.